No. ISBN :61120820
Penulis :AMALIA E. MAULANA
Penerbit :Essensi-Erlangga
Terbit :Juli 2009
Jumlah Halaman : 115
Jenis Cover : Softcover
Dimensi (LxP) : 13 x 23
Kategori : Pemasaran dan Penjualan
Text, Bahasa : Indonesia
_________________________________________________________
Review ini telah dimuat di Koran Jakarta, 2 September 2009.
Versi cetak lebih ‘kurus’ dari versi aslinya (yang dalam Note ini).
Untuk melihat versi yang di Koran Jakarta, silakan klik link berikut:
http://www.koran-jakarta.com/ver02/detail-news.php?id=16744&&idkat=78
————————–————————–————————–——–
Perubahan perilaku konsumen, berkembangnya teknologi, membuat strategi pemasaran baik produk dan jasa mau tak mau harus terus berubah. Riset dan survey konvensional yang dulu biasanya kita sering temui berupa lembaran kuisioner tentang sebuah produk atau layanan jasa, sepertinya sudah tidak relevan lagi untuk diterapkan saat-saat ini. Karena menurut Amalia E. Maulana, Ph.D, saat ini yang kita perlukan adalah riset Consumer Insight via Ethnography.
Amalia sendiri merupakan Ethnographer, atau praktisi bidang Ethnography di Indonesia. Doktor alumni University of New South Wales, Australia tahun 2006 ini, membagi ilmu yang semula dimuat secara terpencar-pencar di beberapa majalah dan surat kabar seperti majalah Swa,Majalah MIX, The Jakarta Post, Bisnis Indonesia dll, dari kurun waktu tahun 2005 hingga 2009, dikumpulkan pada sebuah buku barunya yang berjudul Consumer Insight via Ethnography-Mengungkap yang tidak pernah terungkap.
Apa sebenarnya Consumer Insight dan apa Ethnography itu?
Bagi sebagian orang mungkin hal tersebut masih terasa asing di telinga. Tapi bagi orang-orang yang sudah berkecimpung di bidang pemasaran mungkin sudah sering mendengarnya. “Definisi Consumer dan Insight kira-kira akan menjadi seperti ini: “Proses mencari tahu secara lebih mendalam dan holistic, tentang latar belakang perbuatan, pemikiran dan perilaku seorang konsumen yang berhubungan dengan produk dan komunikasi iklannya” (Hal. 25)
Lalu Ethnography sendiri adalah suatu studi atau riset tentang perilaku masyarakat atau konsumen yang dipelajari langsung dari habitatnya atau dari lingkungan naturalnya. (hal.35).
Dalam buku ini, Amalia sudah mengungkapkan jika sebenarnya riset ethnography sendiri sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu. Bila menengok pada sejarah, kita bisa temui seperti perdagangan Jalur Sutra (The Great Silk Road) yang bisa menembus batas-batas Negara,tentu hal tersebut tidak akan lepas dari peranan riset ethnography, tapi implementasinya mungkin lebih menitik beratkan pada pendekatan sosial budaya kala itu. Ethnography juga telah lama dilakukan oleh produsen Intel dan perusahaan-perusahaan besar lainnya termasuk Unilever.
Riset yang memerlukan pengamatan secara langsung di habitat konsumen tersebut, tentu memiliki kendala tersendiri yaitu dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperoleh hasil riset yang maksimal . Sedangkan roda operasional perusahaan tentu juga harus terus berjalan. Saat ini dengan adanya internet dan teknologi video juga dimungkinkan melakukan riset melalui keduanya, yang disebut netnography (seperti diskusi-diskusi di mailing list,online chatting) dan videography. Sehingga nantinya bisa diperoleh pencapaian untuk mengkomunikasikan secara benar tentang sebuah produk kepada konsumennya dan tentunya akan berimbas pada peningkatan penjualan.
Teknik-teknik riset Etnography bisa seperti story telling,netnography,creative focus discussion dll. Dan selain bisa diterapkan untuk produsen kepada customer, juga bisa diterapkan untuk kebutuhan Business to business (B2B).
Meskipun secara teori, riset seperti ini sepertinya ‘sangat menjanjikan’ akan tetapi dalam dunia yang serba cepat berubah seperti ini, tentu diperlukan riset yang terus-menerus ataupun berkala untuk memantau pasar. Reaksi pasar yang tidak bisa diprediksi adalah tantangan terbesar bagi semua perusahaan. Riset ethnography merupakan salah satu solusi selain juga di internal perusahaan dibutuhkan personel yang kapabel dan memiliki rasa ‘belong to’ terhadap perusahaan tempatnya bekerja. Terkadang sebuah perusahaan karena terlalu ‘customer oriented’ melupakan merawat apa yang di dalam. Sehingga sering kali terjadi, karyawan akhirnya loncat ke perusahaan lain bahkan competitor. Dalam hal ini, customer oriented dengan riset etnoghaphy dan menumbuhkan rasa memiliki karyawan pada perusahaan tentu akan berimbas pada kemajuan perusahaan itu sendiri.
Buku yang dicetak dengan kertas eksklusif ini, juga mengetengahkan contoh perusahaan yang sedang eksis saat ini, juga beberapa perusahaan yang digadang-gadang akan menjadi usaha masa depan.
Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan, bahkan pasar yang notabene ada kita sendiri di dalamnya adalah sebuah dunia yang sarat akan peristiwa tak terduga, seperti halnya yang pernah di tulis Nassim Nicholas Taleb dalam bukunya The Black Swan. Akan tetapi, dengan consumer insight via ethnography ini, seolah mengajak kita untuk tetap optimis menapaki dalam dunia yang penuh kejutan ini. Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, buku ini yang sangat sayang untuk dilewatkan.
Eviwidi
Amelia khan masih utang satu sessi seminar sama aku
http://www.koran-jakarta.com/ver02/detail-news.php?id=16744&&idkat=78
wah termasuk bacaan berat neh^_^
@Pak Dharma: wah apa benar saya masih utang, ya Bapak nggak pernah nagih, saya lupa deh. Please contact me ya..
Wadaw..kacau nih..kalau balas dendam..hehe..tapi berhubung balas dendamnya sepertinya tidak ada pertumpahan darah..ya..sudah..saya ladeni..hihihihi….